Ceriakanlah Hidupmu...

Arti SAHABAT


Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi..dialah ladang hati yang kau taburi dengan kasih dan kau suburi dengan rasa terima kasih..dan dia pulalah naungan dan pendiangmu..karena kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.

“Kecantikan yang abadi terletak pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.Yang meninggikan darjat seseorang ialah akal dan adabnya, bukan asal keturunannya.”Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
Berbicara lebih jauh tentang sahabat, banyak cara yg kita lakukan demi untuk membanyak sahabat, seperti halnya yang saya lakukan berikut ini, yaitu membanyak sahabat lewat ujung antenna alias NGEBRIK. Kebetulan saya sudah scan sana scan sini untuk menggeluti dunia ngebrik ini dan akhir saya menemukan satu organisasi briker yang sangat bersahabat, yaitu BAHANA SWARA yang memancar dengan frekwensi 14.007 dan dengan input 14.936.5.

Dari komunitas briker yang satu ini saya bisa merasakan artinya sebuah pesahabatan, yang mana antara satu anggota dengan anggota yang lain sudah layaknya seperti keluarga sendiri, tidak membedakan satu dengan yang lain. Siapapun yang merasa kesulitan akan segara dibantu.

Itulah sahabat sejati, disaat salah satu merasakan sakit, maka yang lain akan merasakan sakit. Dan bila yang satu merasakan bahagia maka yang lain akan merasakan bahagia pula.

Pengaruh TV dan HP bagi anak di bawah umur

Kebiasaan Anak Nonton Televisi harus Dikurangi YOGYAKARTA--MI: Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi minta para orang tua untuk mengurangi kebiasaan anak menonton televisi, mengakses internet dan menggunakan telepon seluler.


Konsumsi anak terhadap siaran televisi, internet, dan telepon seluler harus dikurangi, katanya dalam seminar reaktualisasi pendidikan tanpa kekerasan, di Yogyakarta, Sabtu (21/2). Ia mengatakan, ketika anak terlalu banyak mengonsumsi televisi, anak terlihat duduk manis, tetapi pada kenyataannya mental mereka mengembara ke mana-mana. Menurut dia, televisi hanya memberikan porsi sebesar 0,07 persen untuk bidang pendidikan sehingga orang tua harus mampu bersikap proaktif mengambil alih peran sebagai pendidik di rumah. Secara psikologis anak akan selalu mengidolakan orang tua mereka sehingga orang tua dituntut memiliki waktu yang berkualitas untuk mendampingi anak-anaknya sehingga anak tidak mengalihkan perhatian ke media elektronik, ujarnya. Sementara itu, Tupardi, seorang guru yang hadir dalam seminar tersebut mengatakan, pengaruh media elektronik membuat anak didik tidak konsentrasi belajar di kelas. Menanggapi hal itu, Seto menyatakan para guru dan orang tua harus memiliki komunikasi yang efektif sehingga terjadi keselarasan antara pendidikan di jalur formal dan pendidikan di rumah. Ia menambahkan, salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah memberikan pelajaran kreatif di sekolah, bukan hanya pelajaran yang bersifat komando satu arah dari guru. Beberapa sekolah unggulan banyak yang sukses karena turut menggandeng orang tua untuk bekerja sama mewujudkan pendidikan kreatif, ujarnya. Ia juga menegaskan, sebagai seorang pendidik, guru harus mampu memahami psikologi anak, bahwa anak bukan orang dewasa mini, dunia mereka adalah dunia bermain, masih berkembang secara fisik dan psikologis, suka meniru dan kreatif. Anak juga pribadi yang unik, kecerdasan mereka juga unik, sehingga tidak bisa disamakan, katanya. Dikatakannya, kemampuan guru untuk memahami anaktidak bisa diperoleh dengan cara yang singkat, tetapi melalui proses berlatih secara terus menerus. Memberikan pendidikan dan bertutur kata yang sistematis dan teratur akan berdampak pada perilaku anak yang positif, katanya. (Ant/OL-03) Sumber: Media Indonesia Online http://www.mediaindonesia.com/read/2009/02/02/61804/92/ 14/Kebiasaan_Anak_Nonton_Televisi_harus_Dikurangi